Di tahun 1896 ia berhasil menjadi seorang pengacara sukses di Afrika Selatan dengan penghasilan mencapai 5000 poundsterling dalam setahun.

Namun segala kenyamanannya itu ia tinggalkan dengan memilih untuk kembali ke India. Gandhi kembali ke India pada tahun 1915 dan membantu proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris.

Kala itu rakyat India terpecah menjadi beberapa kelompok suku dan agama. Banyak dari mereka yakin bahwa India perlu dipecah sesuai kelompok yang berbeda agar mereka dapat memiliki negara sendiri-sendiri. Kala itu agama Hindu dan Islam lah yang mendominasi. Namun Gandhi sangat menentang pemikiran tersebut dan tidak menyetujui jika India terpecah menjadi dua negara.

Sebagai wujud kekecewaan Gandhi atas terpecahnya umat Hindu dan Muslim di negaranya, ia melaksanakan mogok makan. Dokter pun mencemaskan kondisi Gandhi dan mengharuskannya untuk makan. Namun Gandhi tetap bersikeras untuk berpuasa hingga tujuh syarat perdamaian yang ia ajukan ditandatangani oleh pimpinan agama Islam dan Hindu.

Setelah melaksanakan puasa selama 121 jam 30 menit Gandhi akhirnya mengakhiri puasanya setalah kedua kelompok agama Islam dan Hindu menandatangani perjanjian damai yang diminta olehnya. Namun puasa yang dilakukan Gandhi tak dapat menghentikan konflik dua agama yang terjadi di India.

Kedua kelompok agama tersebut kembali bertikai. Penganut agama Hindu merasa Gandhi telah berkhianat dengan menyodorkan diri sebagai penengah. Ia dianggap terlalu membela umat muslim di sana, hingga pada 30 Januari 1948 Gandhi dihabisi oleh seorang penganut Hindu.

Kematian Gandhi membuat India terhenti. Negara yang baru terbentuk itu merenungkan hakikat persaudaraan yang mereka miliki. Kematian Gandhi merupakan bukti dari kegagalan rakyat India dalam mencapai perdamaian dan persatuan.

Gandhi pun mendapat julukan sebagai Bapak Bangsa India. Namun hingga akhir hayatnya cita-cita Gandhi tidak dapat terwujud, yakni mempersatukan keberagaman yang ada di India. Wilayah India untuk umat Hindu dan Muslim memisahkan diri menjadi Pakistan.